Yogyakarta, 12-04-11
Dirahim langit berjuta bintang, benderang kerlap kerlip menghiasi angkasa hati yang paling dasar, cahayanya timbul tenggelam bak lumba-lumba yang berlomba unjuk kebolehan di tengah lautan. Aku merasakan sebuah kelapangan di palung hati, rasa yang dulu lama telah hilang, tepatnya tiga tahun yang lalu. Sekarang, ia seakan diberi kembali sebuah anugrah dari penciptanya berupa nutrisi hati yang baru dua minggu ini terasa.
Sore ditanggal itu, aku berjalan sendiri melintasi koridor lantai empat, sunyi sepi menemani ayunan langkah yang kecil namun pasti. Diujung jalan, terlihat pintu kaca perpustakaan tertutup rapat dan itu berarti aku harus masuk melalui pintu dilantai satu. Aku segera turun kelantai tiga terus kedua dan berakhir di depan anak-anak manusia yang lagi asyik membaca koran disudut tangga bawah.