 |
| Cover Boy (dari kiri) : Maz Amri, Tombro, Arul, Ican |
Catatan Realita Kampus
Seperti biasa, pertemuan ini selalu kami awali dengan lelucon-lelucon basi. Agaknya mungkin sudah hampir tiga puluh kali lelucon yang sama kami peragakan. Seperti adegan-adegan dibawah ini ;
Lokasi : Depan pusat informasi fakultas Dakwah
Prolog 1 : Gua berjalan seperti orang kebanyakan. Keluar dari pojok sebelah toilet dan mengarahkan kaki ke depan papan informasi fakultas. dengan harapan, disana terpampang nama-nama penerima beasiswa, dan dengan harapan lagi namaku tertulis diantara puluhan nama mahasiswa penerima. Tetapi tanda-tanda kemunculan harapan itu belum terlihat. Sembari melihat informasi-informasi, ada tiga orang mahasiswa yang asyik bercengkrama di depan meja informasi. Jarak mereka sangat dekat dari posisi berdiri wa. kira-kira enam meter kearah selatan. Pastinya mereka melihat tanda-tanda kemunculan gua. Tapi sebagaimana biasanya, kami selalu memperlihatkan wajah cuek dan drama lelucon yang telah basi ini akan segera dimainkan.
Adegan 1
Sutradara : Camera…Roll…Action..,
Gua : Maz., perasaan gua kenal ama wajah lo deh (selalu diawali dengan kata-kata ini). Kalo gak salah, namamu Arul kan? (Berjalan menghampiri dan bersalaman layaknya seorang mahasiswa yang cinta akan ukhuwah islamiyah)
Arul : (Pasang wajah cuek, sambil memandangi langit-langit, kemudian kaki kanan sedikit di goyangkan agar aroma kewibawaan mencuat ke permukaan)
Gua : lo Arul kan? Kapan sampainya? ( pertanyaan aneh kedua mulai muncul)
Arul : ehh kamu to,. Iya nih baru nyampe, kemarenkan aku baru balik dari makkah. Biasaa silaturrahmi ke rumah Obama
Gua : Rumah Obama? dah pindah po?
Arul : Udah noo, rumahnya yang di Amric kan udah disita gara-gara kelilit gayus, ehh salah ding, pajak maksudnya.
Gua : Ooo..,
Arul : Napa, heran?
Gua : Yaa heran aja, koq SBY gak sms gua tentang kepindahan obama. Kemaren gua kan habis makan malam di kediamanya, Puri Cikeas. Tapi dia gak ada membahas masalah itu.
Arul : Kamu ican kan? (Gilanya baru bangkit), kamu kapan gilanya? (Gubrak..)
Gua : Taik kucing lo,.
Sutradara : Cut..cut..,
Itu lelucon basi untuk adegan satu. Karena disana ada tiga orang mahasiswa, berarti ada dua adegan lagi yang harus dimainkan.
Prolog 2 : Tiga menit berlalu. Gua dan Arul kembali keposisi ideal manusia kebanyakan, yaitu bicara normal layaknya manusia biasa, atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa kaum intelek adalah integrasi dan interkoneksinya nyambung banget. Selagi asyik bercengkrama, sebuah suara cempreng menampar dinding slaput kamar telinga.
Adegan 2
Sutradara : Camera…Roll…Action..,
Mahluk Asing : Can..,
Gua : Ada yang manggil ya coy? (pura-pura gak tau)
Arul : ituu dibawahmu, seonggok lahar dingin nyampe ke kampus
Mahluk Asing : Aseem kalian,.
Gua : ehh lo,,.. koq bisa disini? (lelucon basi untuk adegan kedua dimulai)
Mahluk Asing : Yaiyalah, secara gitu, aku kan korban erupsi merapi yang selalu bermuka pasrah
Gua : Bukanya lo keturunan manusia purba?
Arul : Iya can, dia kan generasi terakhir dari clan pitekan tropus paleo javanepus.
Mahluk Asing : Taik kalian berdua.
Gua : lo tombro kan? (mulai..nulai lagi, lelucon basi) perasaan gua sering lihat muka lo deh? Tapi dimana ya? Muka lo kaya familiar gituu.
Arul : kemaren aku juga lihat. Tapi ngendi yo?
Tombro : di Cover majalah yassin. Puass kalian.
Gua : sebuah pengakuan yang so sweet. Wkwkwk
Arul : hebat kamu coy, gak sembarangan orang lo yang mukanya cocok untuk cover majalah yassin.
Sutradara : Cut..cut..
Ada satu hal yang unik dari adegan dialog 2. Yaitu terletak pada tokoh yang sering dijadikan tumbal ejekan. Uniknya, dia yang sering diketawaain, ehh pada akhirnya dia sendiri tuh yang ngeluarin suara tawa paling gede. Dasar mahluk asing dari zaman masa lalu.
Prolog 3 : Sebenarnya untuk manusia yang satu ini tak perlu di exspose ke dalam tulisan ini, karena tampang dan raut wajah yang lugu lagi menggemazkan. Tapi, karena dia memiliki sifat keanehan yang hamper sama dengan gua, yakni jika ngobrol dengan lawan bicara sering kali memperlihatkan sikap tak mau mengalah, berwibawa dan jika sudah ngobrol, beliau sering kali keluar dari topic utama. Contoh :
Gua : lo orangnya aneh maz,, sering sms gua, tapi lo akhirnya gak percaya ama omongan gua. ( ini percakapan kami d isms malam kemarin)
Maz Amri : Bukanya gitu maz ican. Aku harus waspada. Soalnya udah sering boanget dikibuli anak-anak kelas.
Gua : itu sih lo nya aja yang salah, maz. Mangkanya rajin donk dating ke kampuz.
Maz Amri : iya laen kali, tapi MU ma blackpool berapa skor sebenarnya?
(penyakitnya kamubuh lagiii)
Gua : imbang coy
Maz Amri : ditunda pertandinganya, (disini gua merasa aneh banget. Udah tau pertandinganya ditunda, masih aja nanya)
Arul : ditunda kenapa?
Maz Amri : lahar dingin sampai ke Old Traford.
Gua : gimana urusanya maz?
Arul : oo.. mungkin tu lahar main petakumpet. Lagi asyiknya main, eh gak nyadar udah nyampe ke dalam stadiun.
Gua : iya..iya.. logika nya tepat juga ya.
Benerkan, sama bego’nya. Itulah contoh dialog jika orang-orang aneh saling bertemu.
Kembali ke prolog 3
Atas dasar kesamaan sifat aneh inilah gua mutusin untuk meng-exspose beliau ke dalam tulisan ini.
Adegan 3
Lokasi : Depan madding fakultas
Waktu : 14 : 16
Hal : Membahas kekalahan Arsenal dikandang sendiri
Sutradara : Camera…Roll…Action..,
Maz Amri : Apaan tuh, masa’ kalah dikandang sendiri
Ghilman : (bentar coy. Sebenarnya tokoh sampingan ini tidak diperlukan dalam adegan ini, karena hanya akan mengeluarkan tenaga untuk mengetik nama beliau. Tapi dilain waktu, namanya akan muncul lagi. Okay coy)
Gua : masa’ dipecundangin tiga angka.
Maz Amri : Mangkanya rul, jangan suka main dikandang, apalagi kandangnya wedus. Udah bau, kotor lagi. Bagusnya itu main di sarkem tuh.
Sutradata : Cut..cut., pada ngaco semua
Jam Malam di Yogyakarta, 06 Desember 2010
untungnya lahar dinginnya gak sampe ke cover surat yasinnya ya....
BalasHapus