Rabu, 06 April 2011

Sunglasess Angel


Realita Kampuz, 06 Oktober 2009
Kalian tahu?, emm tentu kalian tidak tahu, dan sekarang akan aku berita tahu tentang sebuah rahasia yang sangat rahasia dan tentunya hanya segelintir orang yang akan percaya tentang rahasia ini. Karena dalam rahasia ini hanya aku yang percaya sedangkan kalian, ahh terselah kalian lah mau percaya atau tidak. Yang pasti rahasia ini tentang sesosok mahluk ghaib yang biasa dikenal dengan nama bidadari, tadi aku melihatnya dalam wujud manusia. Aku rasa bidadari ini tersesat lalu ia datang kampuz mungkin dikarena kain slendang ajaibnya dicuri oleh jaka tarub, sehingga ia tidak bisa kembali ke langit yang ketujuh. Prediksi.
Tentu kalian penasaran bagaimana kronologis kejadianya sehingga aku bisa melihat seorang bidadari dengan mata telanjang. Ahh kalian selalu saja ingin tahu semua tentang lika liku jejak yang aku alami. Okay, sekarang aku akan memutar mundur waktu, khusus untuk kejadian ini. 
Pagi ditanggal itu, entah kenapa aku bisa tidur selelap ini. Aku terbangun ketika mentari naik meninggalkan sarangnya, dan jam diam-diam mengikutinya keangka 07.20. menurutku itu pertanda buruk, bagaimana tidak? Sekarang aku diburu waktu, Aku hanya memiliki waktu kurang dari sepuluh menit untuk melakukan semua rutinitas pagi yang notabene nya harus dilakukan dalam kurun waktu setengah jam. Hari itu aku ada jam pada mata kuliah Man Power Planing.
Tanpa pikir panjang, aku berlari menuju kamar mandi. tapi sialnya lagi dari dalam kamar mandi terdengar sebuah suara yang sebenarnya ahhh tak penting banget untuk didengar. Aku memukul-mukul si pintu sampai saiful berteriak “oii sabar donk”, trus aku menjawab “ cepetan dikit donk, gue udah telat nihh”, saipul kembali membalas “lo maksa amat, ntar anak lo jantan bro”, aku jawab lagi “pale lo peyang, emangnya gue ayam”.
Pagi ini jelas tiga sekawan telah berniat mengejarku dengan langkah detaknya yang lamban namun pasti. Dan aku harus sprint melakukan semua rangkaian kegiatan ini dalam kurun waktu kurang dari tujuh menit.
Semua kegiatan pagi telah aku kerjakan dalam kurun waktu dua belas menit, sekarang aku harus berlari lagi menuju gerbang kampuz, aku berlari sembari merapikan tatanan rambut yang saat itu hampir menyerupai gaya rambut anak TK, nol kecil lagi. Ahh...
Tiga sekawan terus membututiku dari belakang, aku mencoba melihatnya, lagi-lagi semu. Pagi ini aku harus melangkahi jenjang kampuz secara utuh, empat lantai tanpa diskon sedikitpun. Sekarang aku masih berlari dan akan tetap berlari sampai ke pintu ruangan 404. Aku merasa pagi ini adalah hari minggu, dimana aku harus marathon dalam jarak 200 meter.
Setelah berlari, jarak yang masih harus ditempuh adalah tujuh puluh meter keatas. Aku harus mempersingkat seluruh anak tangga ini, aku akan memakai sistem diskon dimana satu langkah kaki akan diberi diskon dua jenjang. Setelah mendaki, lantai empat pun telah di depan mata, aku merasa lelah sekali, dan hampir sepertiga baju kemeja pink yang aku kenakan dibasahi keringat. Aku menarik nafas sedalam mungkin dan mengeluarkanya secara perlahan. Aku berjalan santai, tapi ada satu keanehan pada koridor ini, tak seorang pun yang unjuk gigi di ruas jalan. Jika dihari-hari biasanya sebagian mahasiswa menunggu dosen di depan pintu kelas, dan tidak untuk hari ini, ruas ini terasa sepi dan sunyi.
 Aku terus berjalan dan di depan mata terlihat pintu rungan 404 tertutup dengan rapat, “ahh mungkin dosenya sudah datang”, pikirku sambil merapikan baju. Aku mengetok pintu kemudian membaca salam sambil mengangkat satu tangan sebagai tanda permisi untuk memasuki kelas. Tapi sial banget, di dalam ruangan ini tak aku temukan seorang mahluk pun dari jenis adam dan hawa. Aku mengambil ponsel dan dengan segera menelfon seorang temen. “geng, anak-anak mana? Gak pada kuliah?”, sugeng dengan tegas menjawab “boi, qm lupa ya, ibunya kan udah bilang dipertemuan kemaren bahwa kita hari ini praktek lapangan dan anak-anak sudah ngumpul semua ni di depan gerbang barat kampuz”. Bussyeet dah, untuk pagi secerah ini, kata sial tak mau menjauh dari diriku.
Aku kembali turun, dan disaat inilah, nah pada bagian cerita ini yang kalian tunggu-tunggu, aku melihat sesosok bidadari yang kehilangan selendang tadi, sekarang ia benar-benar nyata dan duduk di bangku besi memanjang. Aihhh aku terus melihatnya dan tatkala aku sampai dilantai dua, aku kembali ke turun ke lantai dasar, dengan berpura-pura memasuki kamar toilet dan ketika keluar, ohhh aku melihatnya lagi. Aku merasa kesialan tadi telah pergi meninggalkan tubuhku. See you good bye

2 komentar: