Minggu, 05 Desember 2010

Karya Diri Yang Tertunda


Scribo Ergo Sum. Mungkin Tiga kata ini yang selalu bertengger di dalam benak seorang laki-laki yang sedang berproses mencari jatidiri seperti diriku ini. “Aku menulis, maka aku ada”, begitu makna ungkapan tiga kata di atas. Menulis untuk berbagi, dan ada untuk mencintai setiap gerak lintasan alam yang ada disekeliling kehidupan.
Aku sangat bersyukur karena tuhan telah menitipkan sebuah bakat ke dalam diri ini. Bisa merangkai kata-kata dengan sedikit polesan sastra merupakan anugrah terindah untuk belajar menghargai diri sendiri. Ini bukan narsis. Tapi sekedar moment untuk menghargai keunikan diri sendiri. Sebab, jangan takut merasa berbeda dengan oang lain, karena perbedaan justru menjadikan diri kita spesial. Ukuran seseorang untuk maju bukan membandingkan atau melihat keberhasilan orang lain. Tapi jadikan keberhasilan orang lain sebagai sarana untuk memicu dan memacu keberhasilan. “dia aja bisa, kenapa kita enggak?’. Jadikan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi untuk keberhasilan kita. Dan jangan terjebak untuk “copy paste” diri orang lain kepada diri kita.
Keterampilan Menulis bukan lagi sebuah kerja elite, mahal, bahkan sulit sebagaimana mulanya. Menulis kini adalah sebuah kerja “bersifat pokok”, seperti makan, minum, tidur, bersenandung, atau mencoret-coret gambar. Ia adalah satu kebutuhan dasar. Ia adalah ukuran adab dan bahkan budaya. Dan mausia terhispa di dalamnya. Manusia harus bisa menulis, bahkan menjadi penulis.
Sepengetahuanku, Menulis adalah sebuah wujud dari serangkaian tindakan dalam memberikan sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena itu, bagi seorang muslim, tidak ada tindakan yang lebih baik, kecuali tindakan untuk menyeru ke jalan Tuhan. Maka, tugas menyebarkan kebenaran Islam merupakan bagian integral dari jiwa dan hidup seorang muslim.
Banyak cara untuk menyampaikan kebenaran. Itu karena, secara faktual umat manusia di dunia ini adalah umat yang plural. Pluralitas umat manusia dengan sendirinya menuntut pluralitas cara atau metode untuk menyampaikan suatu ajakan (dakwah). Menulis juga merupakan salah satu metode untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim juga disebutkan: “Siapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegah dengan tanganya…,”. Salah satu makna hadist ini adalah melakukan dakwah dengan menggunakan tangan, termasuk menulis tadi.
Dakwah kepenulisan menjadi salah satu alternative untuk mengajak umat yang plural ini berproses menuju jalan tuhan. Karena itu sebuah karya dakwah dibidang kepenulisan, tidak boleh terlepas dari sebuah kemamfaatan. Jika dan ketika kemamfaatnya telah hilang, maka hakikat dari menulis akan terasa hampa dan bahkan nikmatnya akan terasa seperti seorang sastrawan yang mengukir di atas air.
Kemamfaatan dan bakat menulis ini akan semakin baik ketika dikelola dalam sebuah organisasi. Dimana seseorang bisa menimba pengetahuan kepada orang yang lebih senior, dan sekarang Forum Lingkar Pena telah siap menjadi wadah penampung bakat-bakat itu.
Sikaranya betul apa yang dikatakan oleh Taufiq Ismail bahwa Forum Lingkar Pena adalah hadiah tuhan untuk bangsa ini. FLP menjadi sebuah organisasi yang memproduk anak bangsa menjadi manusia-manusia yang bermanfaat. Dan aku berharap semoga FLP menjadi rumah kedua untuk lebih bisa mengembangkan bakat dan minat, sehingga bakat ini bisa bermanfaat bagi sebagaian umat manusia, agama, nusa dan bangsa.

1 komentar: