Aku menganggapnya sebagai kisah classic yang telah lama terkubur di belakang Rumah Gadang[1], tempat dimana aku sering berbagi cerita bersama teman-teman. Kejadian ini hanya aku dan Iqbal yang mengetahui. Tapi sekarang tidak lagi, kisah classic yang nyata ini akan aku gali kembali, dan akan ku izinkan ia terbang bergentayangan di saentero jagad raya.
Semua berawal dari patuih[2].
Siang itu tak ada tanda-tanda kemunculan awan hitam. Semua terlihat cerah. Langit terlihat laksana mangkuk putih yang dihiasi oleh kilau cahaya mentari, sehingga terlihat seperti lukisan yang sengaja diberi ornamen kaca mika oleh seorang seniman. lingkaran cahaya matahari telah membuat langit menjadi indah dan terlihat cerah. Pemandangan seperti ini sangat langka terlihat di kampung kami, entah kalau diluar sana. ketika mengamati pemandangan yang eksotis, aku diterkesima dengan garis cahaya yang muncul dari arah barat. Bentuknya persis seperi cabang akar pinus, dan dengan sekejap mata lenyap dari pandangan.
Aku terkejut dan langit pun mengeluarkan suara gemuruh. Saat itu aku terkejut bukan karena suara gemuruh, Jauh dari pada itu, tak ada awan tak ada hujan, langit sangat cerah tetapi ada patuih, aneh bukan?. para inyiak-inyiak[3] menggap ini sebuah petanda. Tepatnya, Dalam tradisi di kampungku, Patuih disiang hari merupakan sebuah tanda akan terjadi sebuah peristiwa aneh yang tak akan mampu dicerna melalui kekuata akal. Walaupun sebagian orang menggangap ini sebuah mitos, tapi hal itu tidak pernah kami pikirkan, Mungkin dengan cara mempertahankan mitos-mitos ini kami bisa melihat kekuasaan sang khaliq.
Tiga hari setelah kejadian itu, di kampung kami beredar kabar yang sangat mengerikan. Kabar tersebut dengan cepat menyebar ke saentero kampung.
“apa kau sudah tahu tentang kuburan yang bolong di depan SD Impres?” Tanya Iqbal
“sudah, tapi aku belum melihatnya secara langsung”.
Hari itu juga kami memastikan kebenaran berita tersebut. Ternyata benar, kuburan tua itu benar-benar bolong. Kami semakin dihantui ketakutan setelah menyaksikan kuburan yang benar-benar bolong ditengahnya. Saat itu banyak orang yang menduga-duga asal muasal kejadian itu. Dan bisa dipastikan, apa yang aku fikirkan pasti sama dengan apa yang sedang terlintas dalam benak iqbal. Kejadian ini pasti ada kaitanya dengan patuih tempo hari.
Lima hari setelah kajadian itu.
Kejadian tentang bolongnya kuburan di depan SD Impres mulai kami lupakan, Apalagi setelah melalui malam ini. Malam dimana semua uforia kami bangkitkan. Biasanya anak muda dikampungku akan keluar jika datang malam istimewa ini. Begitupun dengan aku dan Iqbal. Malam ini kami berniat untuk pergi bertandang ke lapau[4] sideh moran. Tempatnya tidak terlalu jauh dari kediaman kami. Biasanya kami menghabiskan setengah malam di lapau ini.
Malam semakain larut, kami berdua memutuskan untuk pulang ke rumah. Kami berdua melewati SD Impres yang di depanya banyak terdapat kuburan leluhur. Iqbal memegang tanganku erat.
“Jangan kau melihat ke arah SD itu” bisiknya pelan sambil melihat ke tanah.
“Maksudmu?”,
“kau ingat tidak kejadian tempo hari?” Iqbal memperjelas maksud perintahnya
“oo.. kuburan yang bol…?” Belum sempat jawaban itu terlontar, Iqbal malah tertawa. “mengapa kau tetawa bal?”
“ada cewek, brader”
Aku merasa ada yang aneh malam itu. Pertama, hukum adat dikampungku sangat melarang wanita keluar diatas jam enam. Kedua, mengapa ada cewek yang duduk sendirian di depan gubuk reot sebelah SD Impres padahal saat itu sudah jam satu malam.
“larii baall….”
Mendengar instruksi yang aku lontarkan secara mendadak, Iqbal pun tanpa pikir panjang pontang-panting mengikuti langkahku. Disitu terjadi keanehan lagi. Perasaanku saat itu kami berdua sudah lari secepat mungkin tapi jarak lari kami hanya beranjak tiga puluh meter dari gubuk reot tadi. Iqbal terlihat keletihan. Dan kami berdua memutuskan untuk berjalan dan tak ada yang boleh melirik ke arah belakang.
Sesampai di depan pintu rumah Iqbal, kami hampir mati berdiri. Sumpah, kejadian itu nyata adanya. Si cewek yang tadi kami lihat di depan gubuk reot, ternyata ada di sebelah warung dekat rumah Iqbal. Kami tahu persis baju kuning yang ia kenakan. Dan kami pastikan dia bukan penduduk sini.
Iqbal yang saat itu hampir mati berdiri, mengajakku untuk tidur di rumahnya. Kami mengetok pintu rumah, Ibu Iqbal pun terbangun dan beliau membukakan pintu. “ada yang mau aku ceritakan bu” ucap Iqbal kepada ibunya. “tentang apa?”. Iqbal mulai berceritak. Semua kejadian yang baru kami alami tadi, diceritakan oleh Iqbal. Akhirnya Ibu Iqbal menyarankan untuk mengambil wudhu dan membaca al-qur’an.
Kami membuka al-qur’an dan langsung mencari surah yassin. Saat itulah untuk pertama kali dalam hidup ini aku merasakan kehadiran mahluk lain. Aku sangat merasakan kehadiranya di kamar ini, bukti ini dipertegas dengan keluarnya keringat panas dari badanku. Sangat aneh dan abstrak. Semakin ku kencangkan bacaan al-qur’an, semakin bercucuran keringat dibadanku. Ini sangat mengerikan dan sangat bertentangan dengan hukum alam yang ada dikampungku. Bagaimana tidak, kami tinggal tepat di bawah gunung merapi yang bersuhu dingin, tetapi saat membaca al-qur’an ini, kami mengeluarkan keringat basah.
Iqbal memutuskan untuk menghentikan bacaanya. Ia menarik selimut dan kemudian menghancurkan keanehan tersebut bersama mimpi. Sekarang aku tinggal sendiri, aku tetap melanjutkan bacaan surah yassin. Aku membayangkan wajah cewek yang terlihat di SD Impres, tapi tidak bisa. Ingatanku hanya bisa membayangkan baju kuning dan celana pendek yang ia dikenakan sedangkan wajahnya tidak ingat sama sekali. Padahal sewaktu di gubuk reot sebelah SD Impres dengan jelas wajahnya ku tangkap. Aneh, Benar-benar aneh.
penasaraaaaan..
BalasHapuspak, follow lah wak pak...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusehh ada teh ulfa,.
BalasHapusSalamualaiku teh,.
insyalh permintaanya dikabulkan,.
hehehe
mas.. siapa itu cewek yang baju kuning tuu??? penasaran??
BalasHapusasli or fiksi tu ???
BalasHapusjadi takut pulkam apalagi pasti lewat SD impres...hiiiiii
Mifta n episode tinta: nah itu yang kagak jelas smpe sekarang mbak, mas aja yg nulis ni fiksi juga ketakutan.
BalasHapusFiksi realita tu ni, dengan sedikit bumbu-bumbu mitos khas salimpaung, shinga dismping scary moment, unsur budaya juga terselip,.hehe
BalasHapusjangan liwt SD impres to,.lewat rumah tek jun bae,..
imajinasikan aja mas...
BalasHapussoalnya teteh panasaran bangeeet..(lebay)
ahh mbak ulva bisa aja,.
BalasHapus